Wednesday, February 15, 2017

ASAL-USUL GANTOLE BUKIT JOGLO WONOGIRI

Launching ramp gantole Puncak Bukit Joglo, Desa Sendang, Wonogiri

LAUNCHING RAMP GANTOLE PUNCAK BUKIT JOGLO menjadi salah satu lokasi favorit para atlet gantole dan paralayang profesional. Puncak bukit yang terletak di Dusun Kembang, Desa Sendang, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah itu pun bagai sebuah "menara pandang" yang mampu menyajikan bentang alam seantero Wonogiri.

Namun tahukah anda, Wonogiri sebenarnya memiliki dua tempat peluncuran gantole. Yang pertama ada di Watu Cenik Puncak Bukit Prampelan. Dan yang ke dua ada di PUNCAK BUKIT JOGLO. Launching ramp di Watu Cenik terlebih dahulu dibangun sekitar 1976 silam. Adapun LAUNCHING RAMP GANTOLE PUNCAK BUKIT JOGLO mulai dibangun kisaran tahun 1985-1990.

Launching ramp yang pertama sudah saya ulas sebelumnya.
Baca : Sejarah Watu Cenik dan Gantole Pertama di Wonogiri

Sedangkan Launching ramp yang ke dua di PUNCAK BUKIT JOGLO juga menyimpan kisah dan sejarah  menarik. Kepala Desa Sendang, Budi Hardono menuturkan, kontur Puncak Bukit Prampelan ternyata berisiko tinggi untuk dijadikan sebagai tempat peluncuran gantole. Oleh karena itu, para atlet gantole kemudian mencari tempat yang lebih tinggi guna dijadikan tempat peluncuran gantole.

Akhirnya, pada 1985 mereka menemukan PUNCAK BUKIT JOGLO di Dusun Kembang, desa setempat yang cocok menjadi launching ramp. Tanah di puncak bukit itu semula milik Perum Jasa Tirta (pengelola Waduk Gajahmungkur) yang kemudian dihibahkan kepada masyarakat.

Selanjutnya, pembangunan LAUNCHING RAMP GANTOLE PUNCAK BUKIT JOGLO dirintis oleh AURI (sekarang TNI-AU), para atlet, dan warga. Kala itu, jalur menuju puncak Bukit Joglo masih berupa jalan setapak. Jaraknya mencapai sekitar 4-5 kilometer.

Peralatan gantole pun harus dipikul dari tepi jalan raya sampai ke PUNCAK BUKIT JOGLO. Ongkos pikul gantole sampai ke puncak waktu itu sekitar Rp 5.000. Secara bertahap, jalur menuju Watu Cenik terlebih dahulu diperlebar sehingga mobil bisa naik.

Perlu diketahui, PUNCAK BUKIT JOGLO semula berbentuk kerucut dan merupakan puncak tertinggi di desa tersebut. Oleh AURI, para atlet, dan warga, puncak itu kemudian dikepras sehingga menjadi datar dan mempunyai ruang yang cukup lapang untuk meluncurkan gantole.

Atlet paralayang menyiapkan alat di launching ramp Bukit Joglo, Desa Sendang, Wonogiri


Mbah Kartoyo, seorang warga Dusun Kembang yang pernah saya temui menuturkan, Bukit Joglo awalnya hanya dilengkapi papan kayu untuk meluncur. Selanjutnya secara bertahap, jalannya diperlebar agar bisa dilalui mobil, sedangkan puncak bukit mulai dibeton. Kini, tempat tersebut juga menjelma jadi tempat wisata dan rekreasi andalan Desa Sendang.

Tonton videonya :  Launching Ramp Gantole Bukit Joglo, Wonogiri

Sekarang,  LAUNCHING RAMP GANTOLE PUNCAK BUKIT JOGLO yang keren abis ini menjadi salah satu favorit atlet gantole dan terbang layang. Tidak hanya atlet nasional, banyak atlet internasional yang kagum setelah menjajalnya. PUNCAK BUKIT JOGLO merupakan launching ramp satu-satunya di Indonesia, bahkan mungkin di dunia yang menghadap langsung ke perairan waduk

Friday, February 10, 2017

SEJARAH WATU CENIK dan LANDASAN GANTOLE PERTAMA di WONOGIRI

Watu Cenik, Puncak Bukit Prampelan, Desa Sendang, Wonogiri
WATU CENIK berada di Puncak Bukit Prampelan, Dusun Prampelan, Desa Sendang, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. WATU CENIK sekarang menjadi salah satu primadona tempat rekreasi baru nan keren di Wonogiri.

Tapi tahukah kamu? Selain menyajikan pemandangan bentang alam Waduk Gajah Mungkur yang memesona, obyek wisata WATU CENIK ternyata menyimpan cerita dan sejarah menarik.

WATU CENIK merupakan sebongkah batu (watu) yang bertengger sendirian (nyenik) di atas puncak Bukit Prampelan dengan ketinggian sekitar 300 meter dari permukaan laut (dpl). Tidak jauh dari WATU CENIK terdapat sebuah makam dan petilasan Poncobowo, leluhur desa setempat.Di sekitar petilasan itu banyak terdapat pohon rindang sehingga biasa dijadikan tempat bersantai dan berteduh.

Tonton videonya : Video Watu Cenik Dari Udara

Bulan Juli 2016 lalu, warga setempat membangun sebuah tulisan "Watu Cenik" tepat di depan sebongkah batu yang disebut WATU CENIK itu, meskipun beberapa pihak menyayangkan penempatan tulisan yang justru menutupi bongkahan batunya. Mereka juga membangun jalan undak-undakan dari peluncuran (launching ramp) gantole lama sampai WATU CENIK. Warga ingin membangkitkan sebuah ikon wisata baru di desanya.

Launching Ramp gantole lama di Watu Cenik, Puncak Bukit Prampelan, Sendang, Wonogiri
Puncak Bukit Prampelan merupakan launching ramp gantole yang pertama di Kabupaten Wonogiri. Saya pernah berbincang dengan Mbah Giyono, seorang warga Desa Sendang. Dia menuturkan, gantole masuk Wonogiri pertama kali sekitar tahun 1976. Saat itu, waduk baru akan dibangun, sehingga lokasi waduk saat itu masih berupa persawahan.

Para atlet gantole dibantu warga kemudian membangun landasan peluncuran (launching ramp) di puncak Bukit Prampelan. Landasan tersebut masih terbuat dari kayu dan langsung digunakan untuk meluncurkan gantole.

Baca juga : Asal-usul Gantole Bukit Joglo Wonogiri

Launching ramp gantole di Bukit Prampelan bertahan sampai sekitar tahun 1985. Pasalnya setelah itu para atlet dan warga menemukan lokasi yang lebih tinggi, yakni Bukit Joglo di desa setempat. Sejak saat itu, gantole lebih sering meluncur dari Bukit Joglo, sedangkan Bukit Prampelan menjadi tempat rekeasi yang menyajikan pesona bentang alam Waduk Gajahmungkur nan megah.

Sunday, February 5, 2017

AIR TERJUN LEMBAH SELORESI WONOGIRI

Air terjun Lembah Seloresi, Setren, Slogohimo, Wonogiri
Lagi-lagi, warga Kabupaten Wonogiri membuka air terjun baru. Kali ini, Warga Desa Setren, Kecamatan Slogohimo yang mau membuka air terjun Lembah Seloresi. Air terjun itu ada di Dusun Salam, Desa Setren.

Kecamatan Slogohimo berjarak sekitar 40 kilometer di sebelah timur pusat Kabupaten Wonogiri. Sedangkan Desa Setren sendiri berjarak sekitar lima kilometer dari pusat Kecamatan Slogohimo.

Mobil bisa diparkir di ujung Dusun Salam kemudian jalan kaki sekitar 1,9 kilometer menuju air terjun. Kalau sepeda motor bisa masuk lebih dalam sekitar 300-400 meter, sehingga "tinggal" jalan kaki sejauh 1,5 kilometer.

Tapi santai aja gaeesss... Jalannya nggak nanjak-nanjak amat kok. Tapi relatif datar sambil menyusuri sungai. Pemandangannya indah dihiasi sawah yang ijo royo-royo. Udaranya pun sejuk di wilayah perbukitan lereng selatan Gunung Lawu. Pokoknya keren buat tempat rekreasi.

Sampai di lokasi, kita akan melihat air terjun yang meluncur pada bidang tebing tegak lurus. Tingginya sekitar 30 meter. Debitnya pun relatif stabil.

Btw, air terjun tersebut konon menjadi tempat bertapanya para resi. Karena itu sekarang dinamai Seloresi (yang dalam bahasa jawa berarti batu resi).

Friday, February 3, 2017

MANCING EKSTREM DI SPILLWAY WADUK GAJAHMUNGKUR

Spot mancing ekstrem di bawah spillway Waduk Gajahmungkur, Wonogiri

Sebenarnya ini tidak saya rekomendasikan sebagai tempat rekreasi karena berbahaya dan risikonya tinggi. Tapi saya tulis karena aksi-aksi unik dan menantang yang dilakukan para pemancing di tempat ini.

Salah satu spot memancing ekstrem yang satu ini ada di bawah pintu pelimpasan air (spillway) waduk Gajahmungkur, Kabupaten Wonogiri. Untuk mencapainya, lewat Tugu Kalpataru ke arah selatan sampai dekat kantor Perum Jasa Tirta Wonogiri. Setelah itu belok kiri, masuk ke jalan setapak sampai di bawah spillway.

Hanya di waktu-waktu tertentu spillway dibuka, sehingga menggelontorkan ratusan meter kubik air dari Waduk Gajahmungkur ke Sungai Bengawan Solo. Alhasil, di bawah spillway terlihat seperti air terjun dengan debit yang sangat besar.

Lihat videonya : Mancing Mania Ekstrem di Waduk Gajah Mungkur

Spillway biasanya dibuka saat musim hujan, ketika volume air waduk terlalu banyak. Momentum itu menjadi daya tarik tersendiri buat para pemancing. Karena saat spillway dibuka dan membentuk air terjun, banyak ikan berkumpul di bawahnya.

Tapi cara memancing di bawah spillway ini lain dari yang lain, lho gaeesss... Mereka memancing tidak pakai umpan, tapi dengan cara ngethek atau nggarong.Yaitu banyak kail yang dipasang atau dirangkai dalam satu tali pancing. Kadang bisa mencapai belasan kail dalam satu pancing.

Nah, kail itu kemudian dilemparkan ke dalam air, tepatnya di bawah air terjun tadi. Begitu masuk ke dalam air, pemancing akan segera menariknya dengan cepat. Kalau sedang beruntung, akan ada ikan yang nyangkut atau kecantol di salah satu kail. Kadang ada yang nyantol di bagian ekor, punggung, perut dan sebagainya.

Ikan favorit di spot mancing ini adalah jambal atau patin. Ikan patinnya jumbo-jumbo brooo... Pernah ada yang dapat patin seberat 5-8 kg di tempat itu. Tapi, kalau ke tempat ini harus waspada ya gaeesss... Lengah sedikit bisa kepeleset nyebur ke sungai. Wah, bisa gawat nanti.

Spot memancing di Waduk Gajahmungkur, Kedung Areng, Wonogiri
Btw, masih banyak kok spot-spot memancing di Waduk Gajahmungkur yang ngga kalah keren dan asyik. Contohnya di daerah Kedungareng, Cakaran, dan Gudang. Pemandangan alamnya oke punya, cocok buat rekreasi. Apalagi kalau dapat banyak ikan, mantab brooo..... hahaha....

Spot memancing di Waduk Gajahmungkur, Cakaran, Wonogiri

Wednesday, February 1, 2017

AIR TERJUN KEDUNG JIMBAR WONOGIRI

Air terjun Kedung Jimbar, Wonogiri


Desa Purwoharjo di Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Wonogiri memang surganya air terjun. Sebelumnya sudah saya tulis tentang rekreasi di Air Terjun Jurug Kemukus dan Kedung Lare yang keren abisss. Kali ini, saya akan cerita tentang AIR TERJUN KEDUNG JIMBAR yang nggak kalah asyik.

AIR TERJUN KEDUNG JIMBAR masuk wilayah Dusun Ngumbul, Desa Purwoharjo. Adapun Desa Purwoharjo sendiri ada di ujung timur Kabupaten Wonogiri atau sekitar 75 kilometer dari pusat Kabupaten Wonogiri.

Air terjun itu masih satu alur sungai dengan Jurug Kemukus dan Kedung Lare. Bedanya, sumber air Jurug Kemukus dan Kedung Lare berasal dari hulu Sungai Gading.

Sedangkan sumber air KEDUNG JIMBAR berasal dari Dusun Jimbar yang jatuh ke Sungai Gading. Karena itu air terjunnya dinamai KEDUNG JIMBAR. Lokasi KEDUNG JIMBAR cuma sekitar 50 meter di bawah Kedung Lare.

AIR TERJUN KEDUNG JIMBAR bisa dibilang baru karena belum banyak yang tahu. Tingginya hampir 20 meter. Yang bikin asyik, kita bisa memanjat air terjun sampai ke tengah-tengah.

Kok bisa? Ya bisa gaeesss... Soalnya, banyak bebatuan di air terjun itu yang menonjol. Beberapa batu mirip undak-undakan sehingga mudah dipanjat. Sampai di tengah-tengah ketinggian, kita bisa minta bantuan teman lainnya buat motret dari bawah. Wow... seru kan....
 
baca juga : Air Terjun Kedung Lare Wonogiri
baca juga : Air Terjun Jurug Kemukus Bertingkat Tiga

Jalur ke KEDUNG JIMBAR tidak begitu sulit kalau dibandingkan dengan Jurug Kemukus. Kita bisa  parkir sepeda motor di rumah Mbah Mino, rumah terdekat dengan KEDUNG JIMBAR. Setelah itu berjalan kaki sekitar 300 meter dan.... sampai deh....
 .

Jati-jati Raksasa di Cagar Alam Donoloyo Wonogiri

Pohon Jati di Cagar Alam Donoloyo Wonogiri Pohon Jati Berlubang di Cagar Alam Donoloyo Wonogiri Cagar Alam Donoloyo di Desa Watusomo, Keca...

BERITA TERPOPULER